BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai ilmu dasar mempunyai peranan
sangat penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan dalam segala bidang.
Pernyataan tersebut berlandaskan pada asumsi bahwa penguasaan matematika akan
menjadi sarana yang ampuh untuk mempelajari mata pelajaran lain, baik pada
jenjang pendidikan yang sama maupun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sujono, bahwa matematika merupakan alat
yang efisien dan diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan (Maria, 2000:11).
Namun
fakta di lapangan menunjukkan hasil belajar matematika siswa saat ini masih
tergolong rendah (Maria, 2000:13). Hal ini berkaitan erat dengan anggapan bahwa
matematika masih dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang dianggap
sulit, sehingga pada umumnya siswa tidak menyenanginya. Menindak lanjuti hal
tersebut, maka perlu adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya
untuk mata pelajaran matematika.
Dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah khususnya, perlu adanya
metode pembelajaran yang inovatif. Dengan penggunaan metode
pembelajaran yang tepat akan menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran yang menarik
akan berakibat pada motivasi siswa dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran meningkat. Beberapa model pembelajaran inovatif telah dikembangkan
untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Siswa diharapkan
mampu dan mau memberikan pendapatnya. Model pembelajaran inovatif
menuntut siswa untuk terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi dan
berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga
diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi mereka.
Salah
satu upaya untuk meningkatkan keterampilan proses belajar siswa, khususnya mata
pelajaran matematika adalah dengan menerapkan model pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah.
Pada pembelajaran melalui pendekatan problem
solving, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan
serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan
sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip atau simpulan.
Dengan
demikian pembelajaran matematika pada jenjang sekolah manapun diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan matematis siswa melalui tugas matematika yang dapat
mendukung tujuan di atas. Hal inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah
ini tentang problem solving yaitu
mengembangkan keterampilan matematis siswa dengan pendekatan pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika.
1. 2
Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang masalah di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah
pengertian problem solving (pemecahan
masalah)?
2. Bagaimanakah
pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika?
3. Apa
saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran problem
solving?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian problem solving (pemecahan
masalah).
2. Untuk
mengetahui bagaimana pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika.
3. Untuk
mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran problem solving.
1.4
Sistematika Penulisan
Halaman
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Penulisan
1.4
Sistematika Penulisan
Bab
II Pembahasan
2.1 Pengertian
Problem Solving (Pemecahan Masalah)
2.2 Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Problem
Solving
2.3 Kelebihan
dan Kekurangan Pembelajaran Problem
Solving
Bab
III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar
Pustaka
Lampiran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Problem Solving (Pemecahan Masalah)
A.
Pengertian
Masalah
Tidak semua pertanyaan
merupakan suatu masalah. Bagi seseorang suatu pertanyaan bisa menjadi suatu
masalah sedangkan bagi orang lain tidak. Masalah adalah kesenjangan antara
kenyataan yang terjadi dengan sesuatu yang kita harapkan atau kita capai. Kata
“Problem” terkait erat dengan suatu
pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan problem
solving. Dalam hal ini tidak setiap soal dapat disebut problem atau masalah. Ciri-ciri suatu soal disebut “problem” dalam perspektif ini paling
tidak memuat dua hal yaitu:
1.
Soal tersebut
menantang pikiran (challenging)
2.
Soal tersebut
tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (non routine)
Menurut Polya (dalam Hujono, 2003:150), terdapat dua
macam masalah:
1.
Masalah untuk
menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau kongkret, termasuk
teka-teki. Kita harus mencari variable masalah tersebut, kemudian mencoba untuk
mendapatkan, menghasilkan atau mengkonstruksi semua jenis objek yang dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bagian utama dari masalah
adalah sebagai berikut:
(a)
Apakah yang
dicari?
(b)
Bagaimana data
yang diketahui?
(c)
Bagaimana
syaratnya?
2.
Masalah untuk
membuktikan adalah untuk menunjukan bahwa suatu pertanyaan itu benar atau salah
atau tidak kedua-duanya. Kita harus menjawab pertanyaan: “Apakah pernyataan itu
benar atau salah?”. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan
konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.
B.
Pengertian
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah dapat
diartikan suatu proses untuk menemukan solusi atas satu atau lebih masalah yang
dihadapi. Pemecahan masalah menurut Polya (1975) adalah sebagai usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan mencapai suatu tujuan yang tidak dengan
segera dapat dicapai.
Metode pemecahan
masalah (problem solving) (Sudirman,
dkk., 1991:146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisi dan disintesis dalam usaha
mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Metode pemecahan masalah ini
sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen
method, reflective thingking method,
atau scientific method (Sudirman,
dkk., 1991:146).
Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari problem solving.
1.
Problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya
dalam implementasi problem solving
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui problem solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.
Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem solving menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.
Pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir
dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dengan demikian, metode pemecahan masalah adalah sebuah
metode pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan
atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat
baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa
belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.
Dalam belajar
matematika pada dasarnya seorang siswa tidak terlepas dari masalah. The National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM) menyatakan:
“Belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama untuk mempelajari
matematika” (NCTM dalam Jacob,
2010:8). Adanya peningkatan kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah,
berarti siswa tersebut telah mengalami perubahan dalam tingkah lakunya, dengan
demikian dalam pembelajaran matematika kemampuan menyelesaikan masalah sangat
penting.
Kemampuan yang
terkandung dalam matematika seluruhnya bermuara pada penguasaan konsep dan
memampukan siswa memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir kritis, logis,
sistematis dan terstruktur. Dalam pemecahan masalah, siswa didorong dan diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berpikir sistematis dalam
menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.
2.2 Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Problem
Solving
A.
Langkah-langkah
dalam problem solving (pemecahan
masalah)
Terdapat
langkah-langkah dalam penyelesaian masalah. Menurut Polya (Suherman, 2001:84)
dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan
yaitu:
1.
Memahami masalah
(Understanding The Problem)
Kegiatan
yang dapat dilakukan dalam langkah ini adalah hal-hal apa saja yang diketahui,
apa yang tidak diketahui (ditanyakan), membuat notasi dari unsur yang diketahui
dan ditanyakan.
2.
Merencanakan penyelesaiannya
(The Vising a Plan)
Kegiatan
yang dapat dilakukan dalam langkah ini adalah mencoba mencari atau mengingat
masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang
akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian
(membuat konjektur).
3.
Menyelesaikan
masalah sesuai rencana (Carring Out The
Plan)
Kegiatan
yang dapat dilakukan dalam langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah
dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.
4.
Memeriksa
kembali prosedur dan hasil penyelesaian (Looking
Back)
Kegiatan
yang dapat dilakukan dalam langkah ini adalah menganalisis dan mengevaluasi
apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada
prosedur lain yang lebih efektif, apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat
generalisasinya.
Dari beberapa langkah
atau tahapan problem solving yang
dikemukakan, pada prinsipnya problem
solving dilakukan secara teratur, logis, analitis, kritis, kreatif,
sistematis atau prosedural dan mutlak menggunakan serta menghubungkan
pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya, termasuk penggunaan
fakta-fakta (berupa konvensi yang diungkapkan dengan simbol tertentu),
konsep-konsep (ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek), operasi (proses pengerjaan perhitungan,
pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika lainnya), dan prinsip (sekumpulan
objek matematika yang kompleks, prinsip dapat terdiri atas beberapa fakta dan
konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi).
B.
Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah
Beberapa indikator
pemecahan masalah dapat diperhatikan dari paparan Sumarmo (2005) adalah sebagai
berikut:
a)
Identifikasi
unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan,
b)
Merumuskan
masalah matematika atau menyusun model matematika,
c)
Menerapkan
strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam
atau di luar matematika,
d)
Menjelaskan atau
menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal,
e)
Menggunakan
matematika secara bermakna.
Beberapa strategi yang
sering digunakan dalam pemecahan masalah matematika adalah:
1.
Membuat gambar
atau diagram
Strategi
ini terkait dengan pembuatan sketsa atau gambar coret-coret guna mempermudah
dalam memahami masalah dan mendapatkan penyelesaiannya.
2.
Bergerak dari
belakang
Dengan
strategi ini, kita mulai dengan menganalisa bagaimana cara mendapatkan tujuan
yang hendak dicapai. Dengan strategi ini, kita bergerak dari yang diinginkan
lalu menyesuaikan dengan yang diketahui.
3.
Memperhitungkan
setiap kemungkinan
Strategi
ini terkait dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh si pelaku
selama proses pemecahan masalah sehingga tidak aka ada satupun alternatif yang
terabaikan.
4.
Mencobakan pada
soal yang lebih sederhana
Strategi
ini terkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah tersebut agar
lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian yang sebenarnya
dapat ditentukan.
5.
Membuat tabel
Strategi
ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita,
sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh otak yang kemampuannya
sangat terbatas.
6.
Menemukan pola
Strategi
ini terkait dengan pencapaian keteraturan-keteraturan pola. Keteraturan
tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesaiannya.
7.
Memecah tujuan
Strategi
ini berkaitan dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai menjadi satu
atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat digunakan sebagai batu
loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya.
8.
Berpikir logis
Strategi
ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan kesimpulan yang sah
atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
9.
Mengabaikan hal
yang tidak mungkin
Dari
berbagai alternatif yang mungkin, alternatif yang sudah jelas-jelas tidak
mungkin agar dicoret atau diabaikan, sehingga perhatian dapat tercurah
sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
10.
Mencoba-coba
Strategi
ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya
dengan mencoba-coba dari yang diketahui.
Dengan demikian, inti
dari belajar memecahkan masalah adalah agar siswa terbiasa mengerjakan
soal-soal yang tidak hanya mengandalkan ingatan yang baik saja, tetapi siswa
diharapkan dapat mengaitkan dengan situasi nyata yang pernah dialaminya atau
yang pernah dipikirkannya. Kemudian siswa bereksplorasi dengan benda kongkret,
lalu akan mempelajari ide-ide matematika secara informal, selanjutnya belajar
matematika secara formal.
2.3
Kelebihan dan
kekurangan Pembelajaran Problem Solving
A.
Kelebihan
Pembelajaran Problem Solving
·
Dengan metode problem solving akan terjadi
pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka
akan menerapkan pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep
diterapkan.
·
Dalam situasi
metode problem solving, siswa
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
·
Metode problem solving dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
B.
Kelemahan
Pembelajaran Problem Solving
·
Beberapa pokok
bahasan sangat sulit untuk menerapkan pembelajaran ini. Misalnya terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
·
Memerluka
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
·
Pengembangan
program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama.
·
Pengadaan dan
pemeliharaan alat membutuhkan biaya tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu upaya untuk
meningkatkan keterampilan proses belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran
matematika adalah dengan menerapkan model pembel;ajaran problem solving atau pemecahan masalah. Pada pembelajaran melalui pendekatan
problem solving, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.
Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi atau data
untuk diolah menjadi konsep, prinsip atau simpulan.
Dari beberapa langkah
atau tahapan problem solving yang
dikemukakan, pada prinsipnya problem
solving dilakukan secara teratur, logis, analitis, kritis, kreatif,
sistematis atau prosedural dan mutlak menggunakan serta menghubungkan
pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya, termasuk penggunaan fakta-fakta,
konsep-konsep, operasi, dan prinsip.
3.2 Saran
Keberhasilan guru dalam pembelajaran bukan hanya
dilihat dari hasil belajar siswa tetapi juga pada proses dari pembelajaran
tersebut. Untuk itu hendaklah guru mata pelajarean matematika khususnya dapat
menerapkan berbagai macam kemampuan matematis selain problem solving untuk dapat melatih berpikir tingkat tinggi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar