Minggu, 13 Desember 2015

Perkembangan Matematika di Luar Negeri

Pengajaran Matematika Tradisional
Pengajaran matematika tradisional adalah pengajaran matematika lama, tidak berubah, sudah ditinggalkan, dan memiliki kelemahan-kelemahan. Mengenai masa berlakunya pada umumnya berlaku dari tahun 60-an ke belakang. Pengajaran matematika tradisional digunakan sewaktu alat-alat teknologi canggih seperti kalkulator belum ada. Pada masa itu, ada beberapa alat hitung seperti mistar hitung tetapi belum dapat menyebabkan perhitungan mudah diselesaikan. Oleh karena itu, cepat dan tepat menghitung sangat diperlukan. Hafal fakta dasar merupakan hal penting demi kelancaran berhitung.
Tidak atau  kurang hafal fakta dasar menyebabkan kecepatan melakukan perhitungan akan terganggu. Hal ini mengindikasikan bahwa hafal fakta dasar merupakan kewajiban yang harus dipenuhi siswa. Materi pembelajaran pada masa itu disajikan secara formal yang tidak banyak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Cara mengajarkannya lebih dekat kepada ceramah dari pada ekspositori. Dengan kata lain, penyajiannya itu bersifat mekanistik sehingga matematisasi horizontal dan vertikalnya tidak ada.

Pengajaran Matematika Modern
Dalam pengajaran matematika tradisional, rumus-rumus untuk menghitung benda-benda tertentu itu seperti luas lingkaran, keliling lingkaran, luas bola, volum bola, volum kerucut, dan yang serupa diberitahukan saja dan oleh siswa harus dihafalkan. Sebaliknya dalam pengajaran matematika modern, hal tersebut ditinggalkan. Pada pengajaran matematika modern, sajiannya lebih menekankan kepada pengertian dan proses. Di kelas-kelas bawah dengan cara yang tidak formal, di kelas-kelas yang lebih tinggi dengan cara yang formal.
Ciri-ciri  pengajaran matematika modern adalah: banyak materi baru, lebih menekankan kepada pengertian dan proses, pendekatan informal dan realistik, menggunakan berbagai metode mengajar, berdasarkan kepada teori belajar-mengajar yang baru, dan menggunakan notasi, simbol, serta bahasa yang lebih tepat. Ciri lainnya adalah pendekatannya baru antara lain adalah informal, realistik, holistik, induktif, dan deduktif.
Pendekatan realistik adalah penyajian materi yang penyajiannya masuk akal atau terkait dengan pemikiran siswa. Pendekatan holistik, maksudnya materi diajarkan secara menyatu. Misalnya geometri bidang diajarkan secara menyatu dengan geometri ruang. Ciri berikutnya dari pengajaran matematika modern adalah menggunakan berbagai metode mengajar; bukan hanya ceramah atau ekspositori saja, misalnya: penemuan, inkuiri, tanya jawab, demonstrasi, permainan, proyek, kegiatan laboratorium, dan kegiatan lapangan.
Ciri lain dari pengajaran matematika modern adalah didasarkan pada teori belajar-mengajar yang baru yaitu teori belajar mengajar misalnya dari Piaget, Bruner, Dienes, dan Gagné. Ciri terakhir dalam pengajaran matematika modern adalah penggunaan simbul, notasi, lambang, dan bahasa yang lebih tepat. Sebagai contoh notasi garis, sinar, dan ruas garis dan gambarnya dibedakan.
Pengajaran matematika modern, pada masanya, sangat disukai baik oleh para matematikawan maupun oleh gurunya dikarenakan: pertama, siswa yang tadinya harus banyak menghafal sekarang menjadi harus mengerti proses, banyak materi baru, banyak alat bantu dan permainan menarik, dan menjadi jelasnya sesuatu disebabkan karena adanya penegasan dalam simbol, notasi, dan lambang, serta penggunaan bahasa yang lebih tepat.

Pengajaran Back to The Basics
Back to the basics artinya kembali ke yang dasar-dasar. Jadi pengajaran back to the basics adalah pengajaran yang kembali ke yang dasar-dasar. Gerakan back to the basics itu bukan kembali ke berhitung dan matematika lama. Sebab dalam berhitung dan matematika lama itu tidak ada topik estimasi, aproksimasi, statistika, probabililtas, dan pemecahan masalah, sedangkan dalam gerakan itu ada. Gerakan itu adalah gerakan yang menggeserkan keseimbangan dari New Math yang mengutamakan kepada pengertian, eksplorasi, abstrak, formal, ketat (akurat), materi baru, luas, dan semacamnya ke back to the basics yang mengutamakan kepada praktis, sempit, tidak akurat, kompetensi minimum, dan yang serupa. Namun demikian, usia dari gerakan ini singkat, yaitu hanya setahun.

Pembelajaran Matematika Kontemporer
Ciri-ciri pembelajaran matematika kontemporer itu adalah pemecahan masalah menjadi sentralnya pembelajaran matematika dan banyak melibatkan alat-alat teknologi canggih seperti kalkulator dan komputer. Alasan adanya perubahan dari New Math ke Pembelajaran Matematika Kontemporer lebih disebabkan karena mereka takut tersaingi oleh negara-negara lain yang dalam teknologi mulai dapat menyaingi seperti Korea, Taiwan, dan terutama Jepang. Lebih rinci, ciri-ciri pembelajaran matematika kontemporer itu (Ruseffendi, 2006, h.80-81),
a.     Pemecahan masalah menjadi sentralnya pengajaran matematika.
b.     Keterampilan dasar dalam matematika itu harus lebih luas daripada menghitung. (Kata menghitung itu maknanya lebih luas daripada berhitung).
c.      Untuk setiap jenjang persekolahan harus memanfaatkan kemampuan kalkulator dan komputer sebaik-baiknya.
d.     Pengajaran matematika harus menerapkan efektivitas dan efisiensi. (Efektif maksudnya berhasil, sasarannya tercapai dan efisien artinya hemat waktu atau tidak membuang-buang waktu).
e.     Dalam mengevaluasi keberhasilan siswa belajar harus menggunakan alat evaluasi yang lebih luas daripada yang biasa.
f.      Kurikulum yang lebih fleksibel supaya disediakan agar siswa memperoleh matematika yang lebih banyak dan sesuai dengan kesenangannya.
g.     Guru-guru supaya meningkatkan keprofesionalannya.
h.     Masyarakat luas diminta untuk mendukung matematika diberikan di sekolah sesuai dengan keperluannya.

Pendidikan Matematika Realistik
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) terjemahan dari Realistic Mathematics Education (RME). RME memiliki muatan matematisasi horizontal maupun matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal adalah keterkaitan dunia nyata, kehidupan sehari-hari, dengan simbol-simbol. Sedangkan matematisasi vertikal berkenaan dengan keterkaitannya dalam dunia simbol; dalam sistem matematika itu sendiri. Matematisasi vertikal di lain pihak adalah keterlibatannya dengan simbol dalam matematika itu sendiri. Seperti pembagian itu adalah pengurangan berulang, penjumlahan memenuhi sifat komutatif, sifat distributif kali terhadap penjumlahan berlaku, dan ciri-ciri bilangan itu habis dibagi tiga bila jumlah bilangan-bilangan jarinya habis dibagi 3.
Bagan berikut menggambarkan keadaan empat model terkait dengan termuatnya matematisasi horizontal maupun matematisasi vertikal (Treffers, 1991b, h.32)

Model Pembelajaran
Matematisasi
Horizontal
Vertikal
Mekanistik (Berhitung)
-
-
Strukturalis
-
+
Empirik
+
-
RME
+
+

Catatan: + artinya ada dan – artinya tidak ada’.

Menurut Treffers (1987) ciri-ciri RME meliputi:
1.      kontekstual,
2.      menggunakan model,
3.      menggunakan karya dan konstruksi diri,
4.      proses pembelajaran yang interaktif,
5.      adanya keterkaitan antar unit/topik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar