Pengajaran Matematika Tradisional
Pengajaran
matematika tradisional adalah pengajaran matematika lama, tidak berubah, sudah
ditinggalkan, dan memiliki kelemahan-kelemahan. Mengenai masa berlakunya pada
umumnya berlaku dari tahun 60-an ke belakang. Pengajaran matematika tradisional
digunakan sewaktu alat-alat teknologi canggih seperti kalkulator belum ada.
Pada masa itu, ada beberapa alat hitung seperti mistar hitung tetapi belum
dapat menyebabkan perhitungan mudah diselesaikan. Oleh karena itu, cepat dan
tepat menghitung sangat diperlukan. Hafal fakta dasar merupakan hal penting
demi kelancaran berhitung.
Tidak atau kurang
hafal fakta dasar menyebabkan kecepatan melakukan perhitungan akan terganggu.
Hal ini mengindikasikan bahwa hafal fakta dasar merupakan kewajiban yang harus
dipenuhi siswa. Materi pembelajaran pada masa itu disajikan secara formal yang
tidak banyak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Cara mengajarkannya lebih
dekat kepada ceramah dari pada ekspositori. Dengan kata lain, penyajiannya itu
bersifat mekanistik sehingga matematisasi horizontal dan vertikalnya tidak ada.
Pengajaran Matematika Modern
Dalam
pengajaran matematika tradisional, rumus-rumus untuk menghitung benda-benda
tertentu itu seperti luas lingkaran, keliling lingkaran, luas bola, volum bola,
volum kerucut, dan yang serupa diberitahukan saja dan oleh siswa harus
dihafalkan. Sebaliknya dalam pengajaran matematika modern, hal tersebut
ditinggalkan. Pada pengajaran matematika modern, sajiannya lebih menekankan
kepada pengertian dan proses. Di kelas-kelas bawah dengan cara yang tidak
formal, di kelas-kelas yang lebih tinggi dengan cara yang formal.
Ciri-ciri pengajaran matematika modern adalah: banyak
materi baru, lebih menekankan kepada pengertian dan proses, pendekatan informal
dan realistik, menggunakan berbagai metode mengajar, berdasarkan kepada teori
belajar-mengajar yang baru, dan menggunakan notasi, simbol, serta bahasa yang
lebih tepat. Ciri lainnya adalah pendekatannya baru antara lain adalah
informal, realistik, holistik, induktif, dan deduktif.
Pendekatan
realistik adalah penyajian materi yang penyajiannya masuk akal atau terkait
dengan pemikiran siswa. Pendekatan holistik, maksudnya materi diajarkan secara
menyatu. Misalnya geometri bidang diajarkan secara menyatu dengan geometri
ruang. Ciri berikutnya dari pengajaran matematika modern adalah menggunakan
berbagai metode mengajar; bukan hanya ceramah atau ekspositori saja, misalnya:
penemuan, inkuiri, tanya jawab, demonstrasi, permainan, proyek, kegiatan laboratorium,
dan kegiatan lapangan.
Ciri
lain dari pengajaran matematika modern adalah didasarkan pada teori
belajar-mengajar yang baru yaitu teori belajar mengajar misalnya dari Piaget,
Bruner, Dienes, dan Gagné. Ciri
terakhir dalam pengajaran matematika modern adalah penggunaan simbul, notasi,
lambang, dan bahasa yang lebih tepat. Sebagai contoh notasi garis, sinar, dan
ruas garis dan gambarnya dibedakan.
Pengajaran
matematika modern, pada masanya, sangat disukai baik oleh para matematikawan
maupun oleh gurunya dikarenakan: pertama, siswa yang tadinya harus banyak
menghafal sekarang menjadi harus mengerti proses, banyak materi baru, banyak
alat bantu dan permainan menarik, dan menjadi jelasnya sesuatu disebabkan
karena adanya penegasan dalam simbol, notasi, dan lambang, serta penggunaan
bahasa yang lebih tepat.
Pengajaran Back to The Basics
Back to the basics artinya kembali ke yang
dasar-dasar. Jadi pengajaran back to the
basics adalah pengajaran yang kembali ke yang dasar-dasar. Gerakan back to the basics itu bukan kembali ke
berhitung dan matematika lama. Sebab dalam berhitung dan matematika lama itu
tidak ada topik estimasi, aproksimasi, statistika, probabililtas, dan pemecahan
masalah, sedangkan dalam gerakan itu ada. Gerakan itu adalah gerakan yang menggeserkan
keseimbangan dari New Math yang
mengutamakan kepada pengertian, eksplorasi, abstrak, formal, ketat (akurat),
materi baru, luas, dan semacamnya ke back
to the basics yang mengutamakan kepada praktis, sempit, tidak akurat,
kompetensi minimum, dan yang serupa. Namun demikian, usia dari gerakan ini
singkat, yaitu hanya setahun.
Pembelajaran Matematika Kontemporer
Ciri-ciri
pembelajaran matematika kontemporer itu adalah pemecahan masalah menjadi
sentralnya pembelajaran matematika dan banyak melibatkan alat-alat teknologi
canggih seperti kalkulator dan komputer. Alasan adanya perubahan dari New Math ke Pembelajaran Matematika
Kontemporer lebih disebabkan karena mereka takut tersaingi oleh negara-negara
lain yang dalam teknologi mulai dapat menyaingi seperti Korea, Taiwan, dan
terutama Jepang. Lebih rinci, ciri-ciri pembelajaran matematika kontemporer itu
(Ruseffendi, 2006, h.80-81),
a. Pemecahan masalah menjadi sentralnya pengajaran matematika.
b. Keterampilan dasar dalam matematika itu harus lebih luas
daripada menghitung. (Kata menghitung itu maknanya lebih luas daripada
berhitung).
c. Untuk setiap jenjang persekolahan
harus memanfaatkan kemampuan kalkulator dan komputer sebaik-baiknya.
d. Pengajaran matematika harus menerapkan efektivitas dan
efisiensi. (Efektif maksudnya berhasil, sasarannya tercapai dan efisien artinya
hemat waktu atau tidak membuang-buang waktu).
e. Dalam mengevaluasi keberhasilan siswa belajar harus
menggunakan alat evaluasi yang lebih luas daripada yang biasa.
f. Kurikulum yang lebih fleksibel
supaya disediakan agar siswa memperoleh matematika yang lebih banyak dan sesuai
dengan kesenangannya.
g. Guru-guru supaya meningkatkan keprofesionalannya.
h. Masyarakat luas diminta untuk mendukung matematika diberikan
di sekolah sesuai dengan keperluannya.
Pendidikan Matematika Realistik
Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) terjemahan dari Realistic
Mathematics Education (RME). RME memiliki muatan matematisasi
horizontal maupun matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal adalah
keterkaitan dunia nyata, kehidupan sehari-hari, dengan simbol-simbol. Sedangkan
matematisasi vertikal berkenaan dengan keterkaitannya dalam dunia simbol; dalam
sistem matematika itu sendiri. Matematisasi vertikal di lain pihak adalah
keterlibatannya dengan simbol dalam matematika itu sendiri. Seperti pembagian
itu adalah pengurangan berulang, penjumlahan memenuhi sifat komutatif, sifat
distributif kali terhadap penjumlahan berlaku, dan ciri-ciri bilangan itu habis
dibagi tiga bila jumlah bilangan-bilangan jarinya habis dibagi 3.
Bagan
berikut menggambarkan keadaan empat model terkait dengan termuatnya
matematisasi horizontal maupun matematisasi vertikal (Treffers, 1991b, h.32)
Model
Pembelajaran
|
Matematisasi
|
|
Horizontal
|
Vertikal
|
|
Mekanistik
(Berhitung)
|
-
|
-
|
Strukturalis
|
-
|
+
|
Empirik
|
+
|
-
|
RME
|
+
|
+
|
Catatan: + artinya ada dan – artinya tidak
ada’.
Menurut
Treffers (1987) ciri-ciri RME meliputi:
1. kontekstual,
2. menggunakan model,
3. menggunakan karya dan konstruksi
diri,
4. proses pembelajaran yang interaktif,
5. adanya keterkaitan antar unit/topik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar