Minggu, 20 Desember 2015

Apakah yang dimaksud dengan "Penalaran"?



KEBENARAN MELALUI PROSES BERPIKIR/BERNALAR SEBAGAI DASAR PENELITIAN

A.    Pengertian
Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan/pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatau simpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.

v    Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat yang membentuk kalimat. Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, kalimat inversi tidak dapat disebut proposisi, sebab kalimat-kalimat tersebut tidak dapat dinilai benar atau salah. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

B.     Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu hal/gejala, atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian hal/gejala umum di atas. Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimen.

1.      Silogisme
Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal. Sebuah silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan kesimpulan). Proses penalaran dimulai dari premis mayor, melalui premis minor, sampai pada kesimpulan. Premis mayor berisi pernyataan umum, premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor

2.      Entimen
Dalam kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimen, yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

C.     Penalaran Induktif
Penalaran induktif ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena/gejala individual untuk menurunkan suatau kesimpulan yang berlaku umum. Proses berpikir induktif dibedakan atas generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.

1.      Generalisasi
Generalisasi ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
2.      Analogi
Analogi induktif ialah proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatau gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki cirri-ciri  esensial penting yang bersamaan. Yang diperhatikan dalam analogi ialah persamaan yang dipakai dasar kesimpulan benar-benar memiliki kesamaan dan cirri esensial yangt penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.

3.      Sebab-Akibat
Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya. Terdapat tiga pola sebab akibat:

a.       Penalaran dari sebab ke akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui, untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
b.      Penalaran dari akibat ke sebab; dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost facto (hal yang sudah terjadi), misalnya menentukan penyebab kematian, kecelakaan, proses peradilan, dan cerita detektif.
c.       Penalaran dari akibat ke akibat; berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.




SUMBER:
Arifin, E. Zainal & S. Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar