KEBENARAN MELALUI PROSES BERPIKIR/BERNALAR SEBAGAI
DASAR PENELITIAN
A. Pengertian
Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis
untuk memperoleh kesimpulan/pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak
ilmiah. Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir manusia
untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatau
simpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Data atau
fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Data yang dapat
dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk
kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu
disebut proposisi.
v Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang
terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain proposisi adalah
pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat yang membentuk kalimat.
Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti
berbentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam
proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi.
Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, kalimat inversi tidak dapat
disebut proposisi, sebab kalimat-kalimat tersebut tidak dapat dinilai benar
atau salah. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah
bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
B. Penalaran
Deduktif
Penalaran deduktif ialah proses berpikir yang
bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu hal/gejala,
atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan
bagian hal/gejala umum di atas. Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang
bersifat umum kepada yang khusus. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif
tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada
premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimen.
1. Silogisme
Silogisme
merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal. Sebuah silogisme
terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis
mayor, premis minor, dan kesimpulan). Proses penalaran dimulai dari premis
mayor, melalui premis minor, sampai pada kesimpulan. Premis mayor berisi
pernyataan umum, premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang
merupakan bagian premis mayor
2. Entimen
Dalam
kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimen, yaitu
silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah
sama-sama diketahui.
C. Penalaran
Induktif
Penalaran induktif ialah proses berpikir yang
bertolak dari satu atau sejumlah fenomena/gejala individual untuk menurunkan
suatau kesimpulan yang berlaku umum. Proses berpikir induktif dibedakan atas
generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.
1. Generalisasi
Generalisasi
ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan
sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian
dari gejala serupa.
2. Analogi
Analogi
induktif ialah proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran
suatau gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki
cirri-ciri esensial penting yang
bersamaan. Yang diperhatikan dalam analogi ialah persamaan yang dipakai dasar
kesimpulan benar-benar memiliki kesamaan dan cirri esensial yangt penting yang
berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
3. Sebab-Akibat
Prinsip
umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada
penyebabnya. Terdapat tiga pola sebab akibat:
a. Penalaran
dari sebab ke akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang
diketahui, untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
b. Penalaran
dari akibat ke sebab; dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian
dipikirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost facto (hal yang sudah terjadi),
misalnya menentukan penyebab kematian, kecelakaan, proses peradilan, dan cerita
detektif.
c. Penalaran
dari akibat ke akibat; berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan
akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
SUMBER:
Arifin, E. Zainal & S. Amran
Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia
Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi (Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar