Mengikat Hati dengan Kasih Sayang
Hati... adalah sebuah kelenjar terbesar dalam tubuh kita yang berada
tepat di sebelah kanan rongga perut setiap manusia, di bawah diafragma.
Fungsinya yang vital, mengharuskan kita agar mampu menjaganya tetap
sehat. Sayangnya, konsumsi alkohol dan zat kimia seringkali membuat
hati rusak dan menyebabkan penyakit lainnya.
Begitupun hati yang terdapat dalam kalbu setiap insan. Seringkali, kita
tidak menyadari bahwa hati yang tertanam dalam diri kita jauh dari
kesucian. Miris, memang. Tapi, begitulah kenyataan yang sering saya
temui, termasuk hati saya yang tak luput dari penyakit.
Sejak lahirnya kita ke dunia ini, Allah Swt tentu telah menempatkan hati
kita sesuai dengan takarannya. Jika kita mampu menjaga hati dengan
terus bersandar pada Sang pencipta, maka Insya Allah kita akan terbebas
dari segala penyakit hati. Dan sebaliknya, sebagai manusia yang jauh
dari kesempurnaan, jika hati kita ditemani oleh hawa nafsu, maka hanya
akan ada prasangka dan kotoran lainnya menemani keseharian kita.
Seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan fase-fase kehidupan yang
selalu melibatkan hati. Dari hati tersebut, menimbulkan rasa yang mampu
terungkapkan melalui tindakan. Entah itu marah, kesal, sedih, bahagia
atau lainnya. Siapa yang bertanggung jawab terhadap rasa tersebut? Tentu
kita sendiri sebagai manusia. Dan, apakah rasa tersebut dapat tercipta
dengan melibatkan orang lain?
Ketika setiap manusia menemukan takdirnya, yaitu menikah dengan pasangan
yang dicintainya, hati lah yang menjadi landasan ikatan tersebut. Ada
kasih sayang yang tertanam di antara keduanya. Namun jangan bilang,
bahwa sebuah pernikahan tidak melibatkan hati. Walau sebagian pasangan
(*mungkin) ada yang mengalaminya, alias menikah karena dijodohkan atau
alasan lainnya. Tapi saya yakin, tetap ada hati yang dilibatkan,
meskipun rasa tidak nyaman menemaninya.
Sebagai manusia yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar,
sadar atau tidak, kita sering menggantungkan hati pada orang lain,
termasuk hubungan suami istri. Kita menjadi dekat sekali dan bisa
merasakan energi yang terungkap darinya. Ya, tidak heran, karena
pernikahan telah mengikat hati mereka menjadi satu, melewati setiap
detik, menit, jam dan waktu setiap saatnya. Lalu, mengapa seringkali
kita menemui hati-hati yang tersakiti, bahkan menjadi kosong? Apakah itu
disebabkan oleh dirinya sendiri yang tak mampu menjaga hati atau karena
ikatan dari pasangan kita yang mulai bias mengisi hati kita?
Lika-liku pernikahan memang akan sangat erat dengan pasangan suami
istri. Dengan segala resikonya, kita dihadapkan pada berbagai insiden,
baik yang dianggap kecil maupun besar. Dan di sinilah peran kita sebagai
pasangan yang mengarungi bahtera rumah tangga bersama, dituntut agar
mampu memaknainya dengan bijak. Tidak sedikit, konflik yang terjadi
dalam rumah tangga, berakhir pada sebuah judge alias saling menyalahkan.
Kita selalu mengharapkan agar bisa dimengerti oleh pasangan, tapi
apakah kita sudah mampu mengeti pasangan kita sendiri? Memang, peran
satu sama lain menjadi penting dalam mengisi hati untuk keberlangsungan
sebuah pernikahan. Tapi, tentu kita juga tidak mengharapkan pemaksaan.
Seorang suami dengan egonya sebagai seseorang yang mampu melindungi, dan
seorang istri dengan egonya yang selalu ingin dimanja serta
diperhatikan, membuat hati menjadi semakin bias dari kemurniannya. Jika
sudah begitu, kita bisa saja bertindak tanpa menghiraukan hati kita, dan
hanya ego yang mendominasi.
Apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan hati yang semakin bias oleh berbagai insiden dan konflik?
Seorang sahabat mengatakan pada saya, bahwa "Hati hanya bisa diikat oleh
kasih sayang." Benarkah demikian? Mari kita renungkan bersama-sama.
Seorang anak balita yang sedang dalam pertumbuhan akan menjadi seorang
pemberontak ketika ancaman sang Ayah atau Ibu dalam mendidik mereka
dengan sebuah larangan yang terus menerus. Begitupun pada manusia
dewasa. Ada yang mencoba menyikapinya dengan lapang dada, tapi tak
sedikit dari mereka justru mencari hati lain yang mampu mengisi hatinya.
Tapi, kenapa tidak menyandarkan hatinya pada Sang Pencipta? Ya, itulah
manusia. Ada suatu kondisi yang kadang membuat dia merasa benar dengan
apa yang dipikirkannya. Sehingga, dia harus menemukan sebuah titik
terendah untuk menyadari bahwa sandaran paling sempurna hanyalah pada
Sang pemilik Dzat.
Hati...
Aku tau, 24 jam kau bekerja menemaniku, memberikan kekuatan pada ragaku
Aku tau, kau bekerja keras agar tetap bersih sekalipun aku berulah
Aku tau, kau berusaha sekuat tenaga agar tetap berfungsi, sekalipun aku lupa kebutuhanmu
Aku tau, kau selalu menahan sakit ketika aku memenuhimu dengan prasangka
Tapi, ijinkan aku untuk membuatmu kembali pada hakikatmu
Tentang bagaimana tetap memberi dengan ikhlas
Tentang memberi tanpa perlu berekspektasi
Tentang memaknai segala sesuatunya dengan kasih sayang
Karena aku tau, hanya dengan kasih sayang, semua penyakit yang menghampirimu akan terkikis sedikit demi sedikit. Dengan kasih sayang, kau akan selalu menjadikan raga yang membungkusmu sebagai seorang penyanyang.
Maafkan aku, hati. Aku mencintaimu apa adanya, karena kamu begitu istimewa, begitu suci dan bersih. Aku tau, jika hatimu selalu bersih dengan memenuhi semua kewajiban-kewajiban, maka firasatmu akan selalu menuntunku ke surga. Amiin Ya robbal'alamin.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.org