BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jika kita menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata
tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan
akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah
karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata
melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi
juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya
bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan
individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Secara menyolok
aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa
kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau membuat soal-soal
ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat ia harus
bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan para
dosen. Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari
catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan.
Bila ia seorang yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca
majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat
kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah-olah
membanjiri masuk satiap saat ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya
lebar-lebar untuk menerima semua itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti
ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.
Seiring seorang mahasiswa harus
mengutuk dirinya karena dalam menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui
gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia
mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak mengetahui gagasan yang
didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan sama pentingnya.
Keduanya harus diketahui dan dikuasai.
Tidak dapat disangkal bahwa dalam penggunaan kosa
kata adalah bagian yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi. Prosesnya mungkin
lamban dan sukar, tapi orang akan merasa lega dan puas sebab tidak akan sia-sia
semua jerih payah yang telah diberikan. Manfaat dari kemampuan yang
diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan terhadap
pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar mempergunakan kata-kata yang
hebat tanpa isi. Dengan pengertian-pengertian yang tepat itu, kita dapat pula
menyampaikan pikiran kita secara sederhana dan langsung.
Mereka yang luas kosa katanya akan
memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana
yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara populer
orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki,
mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya seperti penelitian,
penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah kata yang sama artinya atau
merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas kosa katanya menolak anggapan
itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka mereka akan berusaha untuk
menetapkan secara cermat kata man yang harus dipakainya dalam sebuah konteks
tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit menemukan kata lain
yang lebih tepat, karena ia tidak tahu bahwa ada kata lain yang lebih tepat dan
karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu.
Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang baik hendaknya
mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang tepat dan cermat
dalam konteks yang tepat pula.
Tujuan
1.
Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana tatacara dalam
penyusunan / pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
2. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i dari
mata kuliah Bahasa Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
definisi diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa ?
2.
Apa
fungsi dan tujuannnya menggunakan diksi dan gaya bahasa dalam bertutur kata
maupun membuat karya ilmiah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan
juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan
konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak
bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan
ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait
dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa
kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga
mampumengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
B.
Fungsi dan Manfaat Diksi
a) Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan
kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak
suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa
lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk
mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut.
b) Manfaat Diksi
1.
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan
konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam
ejaannya.
2.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan
juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima
dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
C.
Syarat-Syarat dan Ketepatan
Diksi
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar,
seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap
penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya
untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat,
efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna
bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah:
1. Membedakan secara cermat denotasi dan
konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas
atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan
bermacam-macam makna.
Contoh :
·
Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat
yang tinggi. (Denotasi)
·
Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
2. Membedakan dengan tepat
kata yang hampir bersinonim
·
Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
·
Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu
adalah peubahperaturan yang selama ini
memberatkan pengusaha.
3. Tidak menafsirkan makna kata secara
subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
· Modern : canggih (secara subjektif)
· Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
· Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual (menurut kamus)
4. Waspada
terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :
· Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
· Koordinir seharusnya koordinasi.
5. Membedakan
pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
Pasangan yang salah
|
Pasangan yang benar
|
antara
..... dengan ....
|
antara
.... dan .....
|
tidak
..... melainkan .....
|
tidak
..... tetapi .....
|
baik
..... ataupun .....
|
baik
..... maupun .....
|
bukan
..... tetapi .....
|
bukan
...... melainkan .....
|
6.
Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu
kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
·
Kata umum : Melihat
·
Kata khusus : Melotot, melirik,
mengintai, mengamati, mengawasi
7. Memperhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh:
·
Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti
publikasi, perkara.
·
Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti
kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin,desas-desus.
8. Menggunakan
dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan,
dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan
berbeda makna.
Contoh :
·
Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
·
Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) –
Bang (panggilan kakak laki-laki)
·
Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)
D.
Gaya
Bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga
disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat
dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas
metafora, personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme,
litotes) dam masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya
merupakan corak seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra
komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor
yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi
dengan mitranya, yaitu:
a) Cara
dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak
atau media elektronik.
b) Bidang
ilmu : filsafat, sastra, hukum,
teknik, kedokteran, dll.
c) Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d) Ruang
atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e) Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang
tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status
sosial (rendah, menengah, tinggi).
f)
Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.
E. Gaya Bahasa
Berdasarkan Pilihan Kata
Berdasarkan pilihan kata,
gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk
posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata
dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya
bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi
situasi-situasi tertentu.
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan
menjadi :
A. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya
yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya
yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan
terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat
kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting,
artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyek-subyek yang penting,
semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Contoh dalam
pembukaan UUD 1945:
Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan
pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
...(selanjutnya)
B.
Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan
dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal
atau kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya
tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik,
dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya
bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Contoh
:
Sumpah
pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa nasional,
yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada zaman
penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus yakni
anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha
merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.
C. Gaya Bahasa
Percakapan
Dalam gaya bahasa
percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan.
Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa
percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu
berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk
menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan
dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.
Contoh berikut
adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia tahun
1996 di Jakarta :
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya
tidak membedakan antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of
speech. Jadi ketiganya saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas
kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita
melihat dan dasar apa yang
kita pakai untuk menggolongkannya. .......(selanjutnya)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan yang diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasidan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar yang
berfungsi juga menyusun gaya bahasa sehingga menjadi kesatuan dari bagian
bahasa Indonesia.
B.
Saran
Sebagai
seorang mahasiswa, perlu sekali untuk mempelajari dan memahami bagaimana
penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa itu selalu
dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas
perkuliahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta : Gramedia.
Hs, Widjono. 2007. Bahasa
Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Jakarta : Grasindo.
Samjar. 2013. Diksi (Pilihan Kata). http://teorikux.blogspot.com/2013/10/diksi-pilihan-kata.html,
(diakses 11 November 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar