Senin, 21 Desember 2015

Me, Myself, and I

Engkaulah yang harus mengingatkan
dan memeriksa dirimu sendiri.
bila engkau dapat menjaga
dirimu sendiri dan selalu sadar,
maka engkau akan hidup dalam kebahagiaan.

Sesungguhnya diri sendiri menjadi tuan bagi diri sendiri.
Diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri.
Oleh karena itu kendalikan dirimu sendiri,
seperti pedagang kuda menguasai kuda yang baik.

Cara Sukses

Ada 2 hal untuk mencapai sukses :
Pertama adalah kemauan untuk terus belajar dan berusaha.
Kedua adalah kebajikan atau perbuatan baik.
Harus ada kedua hal ini, baru seseorang bisa sukses.
Jika seseorang hanya bekerja keras, tapi tidak berbuat baik, maka tidak ada timbunan buah kamma baiknya, sehingga ia sulit untuk sukses.
Atau jika seseorang hanya berdoa dan berbuat baik, tetapi tidak mau berusaha atau bekerja, lalu bagaimana juga dia bisa sukses?

10 Sikap Bahagia

1. Lepaskanlah Rasa Khawatir & Ketakutan.
Ketakutan & kekhawatiran hanyalah imajinasi pikiran akan suatu kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi, kebanyakan hal-hal yang Anda khawatirkan & takutkan tak pernah terjadi! It's all only in your mind.

2. Buanglah Dendam.
Dendam & Amarah yang disimpan hanya akan menyedot energi diri Anda & hanya mendatangkan KELELAHAN BATIN, BUANGLAH !!

3. Berhentilah Mengeluh.
Mengeluh berarti selalu tak menerima apa yang Ada saat ini, secara tak sadar Anda membawa-bawa beban negatif.

4. Bila Ada Masalah, Selesaikan Satu Persatu.
Hanya inilah cara menangani setiap persoalan satu demi satu.

5. Tidurlah Dengan Nyenyak.
Semua masalah tak perlu dibawa tidur. Hal tersebut buruk & tak sehat, biasakanlah tidur dengan nyaman.

6. Jauhi Urusan Orang Lain.
Biarkan masalah orang lain menjadi urusan mereka sendiri. Mereka memiliki cara sendiri untuk menangani setiap masalahnya.

7. Hiduplah Pada Saat ini, Bukan Masa Lalu.
Nikmati masa lalu sebagai kenangan. Jangan tergantung padanya. Konsentrasilah hidupmu pada kejadian saat ini, karna apa yg Anda miliki adalah saat ini, bukan kemarin, bukan besok. "Be totally present"

8. Jadilah Pendengar yang Baik.
Saat menjadi pendengar, Anda belajar & mendapatkan ide-ide baru berbeda dari orang lain.

9.Berpikirlah Positif.
Rasa frustasi datang dari pikiran negatif. Kembalilah berpikir positif. Bertemanlah dengan orang-orang yang berpikiran positif & terlibatlah dgn kegiatan-kegiatan positif.

10. Bersyukurlah.
Bersyukurlah (Berpuas diri) atas hal-hal kecil yg akan membawa Anda pada hal-hal besar. Sekecil apapun yg Anda terima, akan menghasilkan hal-hal besar & slalu membawa Anda kpd Kebahagiaan saat Anda bersyukur.

Buah Hati??? BUKAN KERTAS PUTIH BERSIH ATAU KASET KOSONG

Buah Hati??? BUKAN KERTAS PUTIH BERSIH ATAU KASET KOSONG

BUKAN KERTAS PUTIH BERSIH ATAU KASET KOSONG Di dalam banyak literatur yang bertemakan Tadriibul Aulaad (Pendidikan Anak) sering kita jumpai ungkapan bahwa anak yang baru lahir ke dunia ini ibarat KERTAS PUTIH BERSIH atau KASET KOSONG.
Seperti kertas putih bersih, terserah bagaimana orangtua, keluarga, dan lingkungan menulisinya. Menjadi baik atau buruk, benar atau salah, hitam atau putih, tergantung segala faktor eksternal mau menulis apa di atas kertas putih tersebut. Yang jelas, kertas itu masih putih bersih, kosong tanpa tulisan atau catatan apapun.
Bagaikan kaset kosong, terserah manusia mau merekam apa dengan kaset itu. Kebaikan atau keburukan, kebenaran atau kebatilan, tergantung semua faktor eksternal yang berkontribusi memasukkan suara apapun ke dalam kaset tersebut. Yang jelas, kaset itu masih kosong, tanpa ada rekaman suara apapun.
Namun……benarkah anak yang baru terlahir ke dunia nan fana ini tak ubahnya “kertas putih bersih” atau “kaset kosong” ??
Jawabannya adalah TIDAK BENAR. Ya, tidak tepat jika dikatakan bahwa anak yang baru terlahir ke dunia ini ibarat kertas putih yang bersih tanpa tulisan apapun, atau seperti kaset kosong yang nihil dari suara apapun.
Mengapa?
Karena sesungguhnya kertas itu telah terisi catatan; dan kaset itu sudah berisi rekaman suara. Yakni, catatan atau suara perjanjian antara Allah ‘Azza wa Jalla dengan anak Adam, bahwa mereka mengakui tauhid, mereka mengakui Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang haq, dan mereka tidak akan menyekutukan Allah.
Perjanjian ini, menurut sebagian Ahli Tafsir, terjadi sejak di alam “DZURRI” (alam persemaian). Mari kita tengok surat Al-A’raf ayat 172. Lihatlah bagaimana di dalam ayat tersebut Allah menjelaskan tentang perjanjian tauhid antara Allah dengan Bani Adam.
Perjanjian tauhid inilah yang disebut “FITHROH”. Inilah yang disinggung oleh Allah dalam surat Ar-Ruum ayat 30:
“………(Tetaplah atas) fithroh Allah yang telah menciptakan manusia atas fithroh itu…….”
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Setiap anak Adam dilahirkan di atas fithrohnya. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Majusi, atau Yahudi, atau Nashrani”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Inilah fithroh manusia; yakni fithroh untuk mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Fithroh ini yang telah menjadi tulisan/catatan yang tertulis di atas kertas, atau menjadi suara yang telah terekam di dalam kaset yang dimiliki sang anak saat ia baru terlahir ke dunia.
Jadi, sekali lagi, kertas itu tidak lagi putih bersih karena sudah ada catatannya. Kaset itu tidak lagi kosong karena telah ada suaranya. Yaitu, catatan atau suara tauhidullah ‘Azza wa Jalla.
Tinggal sekarang, tugas orangtua serta lingkungan, adalah menjaga agar catatan tauhid itu tidak terhapus dan berganti menjadi tulisan lain yang mengarah pada kekufuran. Dan jangan sampai suara iman yang telah terekam itu ter-delete dan berganti menjadi suara kekafiran.
Semoga Allah Tabaraka wa Ta’ala selalu menjaga kita serta anak-anak kita tetap di atas fithroh yang lurus dan suci; yaitu mentauhidkan Allah semata di sepanjang usia hingga tiba saat kembali menghadap kepada Sang Pencipta. Aamiin…….

BADAI PASTI BERLALU


Semua badai pasti berlalu, semua masalah pasti ada waktunya, semua kesakitan, ketersingungan jangan sampai mengurangi rasa syukur terhadap kehidupan. Hidup ini berharga.

John Locke dan Tabula Rasa

BAB 1
PENDAHULUAN
            Dunia pendidikan di negara kita sudah mengalami perkembangan. Hal ini ditandai dengan banyaknya sekolah yang ada di wilayah negara kita dengan berbagai kualitas yang berbeda-beda. Bermacam-macam model sekolah ada di Indonesia, mulai dari sekolah yang biasa-biasa saja sampai sekolah internasional yang didirikan berkat kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah luar negeri. Banyaknya sekolah intermasional juga tidak berarti berkurangnya sekolah minim di Indonesia. Masih banyak seklah-sekolah yang minim fasilitas di dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan bangunan yang tidak layak dijadikan sebagai ruang kelas. Pernah teman saya bercerita bahwa karena kondisi kelas yang idak memadai, maka kegiatan belajar dilaksanakan di makam samping sekolah. Kondisi inilah yang sangat bertolak belakang dengan situasi sekolah-sekolah internasional yang beradapat di kota besar yang berlimpah denga fasilitas.
            Banyak juga metode yang sekarang sudah mulai diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia. Banyak metode, model dan juga pendekatan yang diciptakan untuk memperbaiki metode ceramah yang akhir-akhir ini dinilai tidak efektif. Abimanyu ( 2007 : 4) menyataan bahwa metode ceramah memiliki beberapa kelemahan, yaitu siswa dapat menjadi jenuh terutama jika guru tidak pandai menjelaskan, dapat menimbulkan verbalisme pada siswa, materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru, siswa yang mempunyai ketrampilan kurang dalam hal mendengarkan akan dirugikan, sisw dijejali dengan konsep yang belum tentu dapat diingat terus menerus, terkadang informasi yang disampaikan sudah ketinggalan zaman, tidak merangsang berkembangnya kreatifitas siswa, dan terjadinya interaksi satu arah, yaitu dari guru terhadap siswa.
            Menanggapi dari apa yang telah disampaikan di atas, penulis setuju dengan informasi tersebut. Menurut pengamatan dan pengalaman penulis, metode ceramah membutuhkan kreatifitas guru yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode yang lain. Kreatifitas yang dimaksud disini adalah kreatifitas dalam menyampikan materi pembelajaran dalam bentuk ceramah tersebut. Kreatifitas dapat ditunjukkan denga menampilkan lelucon yang dapat menyegarkan suasana. Jika guru hanya sekedar menyampikan materi secara terus menerus tanpa variasi, siswa akan mudah menjadi bosan dan ujung-ujungnya akan menjadi kurang fokus dengan materi yang sedang dipelajari. Metode ceramah adalah salah satu metode yang berpusat pada guru dan bukanlah siswa. Dalam hal ini, siswa tidak akan mengalami pembelajaran yang bermakna jika hanya mendengarkan saja. Maka dari itu, ceramah menyebabkan pengetahuan tidak bertahan lama dalam pikiran siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan  metode ceramah juga tidak menjadikan siswa sebagai aktor dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah akan tetap akan membuat siswa paham dengan materi yang diajarkan, hanya sifatnya tidak akan bertahan lama. Mungkin saat itu mereka paham dan akan cepat lupa.
            Dengan segala kekurangan yang ada, tidak berarti metode ini tidak mempunyai keuntungan. Abimanyu (2007 : 4) menguraikan beberapa keuntungan metod ceramah, diantaranya metode ini murah dalam artian efisien jika dilihat dari segi waktu dan biaya, dan tersedianya guru dan mudah dalam arti materi yang dapat disesuaikan dengan terbatasnya waktu. Dalam pembelajaran, metode ceramah terkadang juga dibutuhkan, namun porsinya tetap harus dibatasi dan tetap memperhatikan konstruksi pengetahuan dalam diri siswa dan perlu diingat pula bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan aktor.
            Banyak metode pembelajaran yang telah dikembangkan dengan tujuan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan perkembangan siswa. Dari berbagai metode pembelajaran juga sebaiknya disesuaikan dengan kondisi psikologis perkembangan siswa. Metode yang paling unggul seakalipun jika tidak diterapkan dengan benar pada kondisi yang tepat juga pada akhirnya tidak akan membawa hasil yang baik pula. Jika siswa tidak siap dengan penggunaan suatu metode, maka sama halnya metode pembelajaran tersebut tidak membawa dampak yang signifikan. Contohnya adalah penggunaan metode kooperatif yang menggharapkan siswa belajar di dalam kelompok. Bagaimana jika siswa belum mampu diajak berdiskusi dan siswa mash bersifat pasif? Maka sama halnya metode tersebut gagal untuk dilakukan. Kombinasi antara kebutuhan, kesiapan dan juga kreatifitas guru sangat mempengaruhi keberhasilan metode yang dilaksanakan di kelas.   
            Guru sebagai fasillitator dalam pembelajaran dapat saya umpamakan sebagai sutradara yang mengatur jalannya pembelajaran dan yang mempunyai arahan akan dibawa kemana pembelajaran yang dilaksanakan. Guru yang memfasilitasi siswa dalam belajar dan siswanya yang harus mengembangkan pengetahuannya, tentunya dengan bimbingan yang diberikan guru. Inilah tantangan bai guru dalam memfasilitasi kegiatan belajar siswa yang memiliki berbagai macam kemampuan, dengan kepribadian yang berbeda dan juga dengan pengetahuan awal yang berbeda demi mencapai kompetensi yang diharapkan.
            John Locke (1632 – 1704) sangat terkenal dengan konsep tabula rasa atau kertas kosong, dimana jiwa seseorang bagaikan kertas putih. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari unsur luar. Dalam hal ini, keputusan akan berada ditangan unsur luar. Terserah kepada unsur luar akan menulisi dengan sesuatu yang berwarna merah atau putih, hijau dan sebagainya. Apakah sebenarnya teori tabula rasa itu, dan bagaimana hubungnnya dengan pembelajaran? Secara lengkapnya akan dibahas di dalam bab selanjutnya.

BAB II
ISI
            Dengan apa yang telah disampaikan dalam bagian pendahuluan, bahwa teori tabula rasa menanggap jiwa seeorang bagaikan kertas putih yang harus diisi dengan berbagai macam hal sehingga kertas tersebut berwarna dan memiliki makna. Dengan adanya hal tersebut, penulis ingin membuat sintesis dari apa yang diungkapkan oleh John Locke.
A.  Empirisme dan John Locke
John Locke adalah seorang filsuf Inggris dari pahan empirisme yang cukup terkenal. John Locke lahir pada tanggal 29 Agustus 1632 di Wrington Inggris dan meninggal pada tanggal 28 Oktober 1704. Dia dibesarkan oleh ayahnya seorang pengacara yang bekerja sebagai juru tulis hakim di Somersetshire dan menjadi kapten angkatan bersenjata di Long Parliament selama pemerintahan Raja Charles 1. Pada tahun 1646, tepatnya ketika  John Locke berusia 14 tahun, dia diterima di Westminster School. Di sekolah tersebut, selama 6 tahun ia mencurahkan segala perhatiannya pada pelajaran bahasa latin dan Yunani disamping pelajaran-pelajaran lainnya yang diberikan di tingkat sekolah menengah.
Pada tahun 1652, dia diterima di Christ Chruch College, Universitas Oxford. Di sekolah tersebut, dia mempelajari retorika bahasa, filsafat moral, ilmu ukur, fisika, bahasa latin, arab, dan yunani. Dia mendapatkan gelr sarjana muda pada tahun 1656 dan sarjana penuh pada tahun 1658. Pada yahun 1660, dia memperoleh beasiswa sebagai mahasiswa senior dan diberikan hak istimewa utuk tetap berada di Universitas tersebut untuk selama-lamanya. Dengan beasiswa tersebut, dia bekerja sebagai pembimbing untuk mata pelajaran retorika, bahsa Yunani dan filsafat.
Pada tahun 1665, dia menjadi sekretaris misi diplomatik kerajaan Inggris di Brandenburg dan pada tahun 1666 kembali lagi ke Inggris dan mempelajari ilmu kedokteran. Sejak Locke menyembuhkan salah satu duta Kerajaan Inggris, dia mulai bekerja untuk pemerintahan. Sejak itulah, pandangan–pandangan terhadap berbagai masalah mulai terangkat dan dipublikasikan. 
John locke adalah salah seorag filsuf empirise, dimana empirisme adalah sebuah aliran filsafat yang memberikan tekanan pada empiris atau pengalaman sebagai sumber pengetahuan (Susanto, 2011 : 37). Istilah empiris bersal dari kata dalam bahasa Yunani, emperia, yang berarti pengalaman inderawi. Jelas terdapat perbedaan dengan aliran rasionalisme yang sangat memeningkan rasio dalam mengembangkan pengetahuannya, dalam menentukan sesuatu dan dalam menyelesaikan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Descartes dalam metodenya yaitu :
1.      Tidak menerima suatupun sebagai kebenaran, keuali bila saya melihat hal itu dengan tegas dan jelas sehingga tidak ada suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2.      Pecahkan setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak mungkin bagian, sehingga tidak ada suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3.      Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah untuk diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada hal yang paling sulit dan kompleks.
4.      Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita yakin bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu. (Susanto, 2011 : 37).
Dengan demikian, aliran empirisme sangat bertentangan dengan aliran rasionalisme jika diliht dari segi sumber pengetahuannya. Karena John Locke adalah salah seorang penganut empirisme, maka teorinya juga berkaitan dengan empirisism atau pengalaman.
Tabula rasa atau lembaran kertas kosong atau dapat dikatakan bahwa jiwa seseorang seperti kertas kosong yang dapat diisi sehingga jiwa tersebut menjadi berwarna dan berisi. Tabula rasa menganggap bahwa otak manusia adalah sebuah penerima pasif yang memperoleh pengatahuan dari pengalaman dan diserap melalui panca indera. Berbagai gagasan sederhana dan kemudian dihubungkan atau digabungkan menjadi pemikiran yang berkaitan (faiz, 2008 : 3). Karena John Locke adalah filsuf empirisme, maka teori tabuala rasa ini sangat dekat hubungannya dengan teori pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
B.  Tabula rasa
Mastrianni (2012) menyatakan bahwa tabula rasa atau “blank slate” telah menjadi perdebatan selama beberapa abad. Meskipun teori tabula rasa ini pertama kali muncul di zaman Yunani kuno, namun hal ini paling sering dikaitkan dengan dengan filsuf Inggris, John Locke (1632-1704). Locke mengemukakan bahwa manusia dilahirkan dengan suatu keadaan dimana tidak ada bawaan yang akan dibangun pada saat lahir. Locke menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita pelajari dalam hidup adalah hasil dari hal-hal yang kita amati dengan menggunakan indera kita. Dia menyimpulkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan pertumbuhan karakter mereka sendiri, meskipun tidak ada yang bisa memisahkan perkembangan ini dari identitas manusia sebagai anggota dari umat manusia.
Aristoteles (384 SM -322 SM) dalam tulisannya yang berjudul De Anima, disebutkan bahwa pikiran sebagai pikiran kosong. Lebih dari 1000 tahun kemudian, pada abad ke -11 teori tabula rasa muncul di Persia kuno dalam tulisan Ibnu Sina, seorang filsuf Persia. Ibnu Sina menyatakan bahwa pikiran saat lahir adalah batu tulis kosong dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dengan benda nyata dan dari pengalaman itu kemudian digunakan untuk mengembangkan konsep abstrak tentang benda-benda, dan bukan sebaliknya.
John-Jacques Rosseau (1712-1728), sebagai sesama penganut aliran empirisme juga menyatakan persetujuannya dengan teori tabula rasa. Rosseau percaya bahwa sifat manusia merupakan akibat langsung dari pengalaman dan lingkungan, yang  diberikan dalam keadaan berbeda-beda. Laki-laki juga akan mengalami perkembangan yang berbeda dengan perempuan. Pendapat ini berbeda dengan pandangan Thomas Hobbes yang mengemukakan bahwa laki-laki biasanya mempunyai kelakukan yang lebih buruk daripada wanita sehingga biasanya mereka ditempatkan di barisan terdepan oleh polisi.
Dalam Essay Concerning Human Understanding, John Locke mengingatkan kembali mengenai pentingnya pengalaman. Pada saat lahir, mereka bagaikan kertas kosong yang  kemudian diisi dengan berbagai pengalaman. Pada awalnya, manusia memulai dengan konsep-konsep yang sederhana, dan kemudian dilajutkan dengan konsep yang lebih kompleks. Hal ini juga tercantum di dalam tulisannya, yaitu :
Let us then suppose the mind to be, as we say,white paper void of all characters, wit hout any ideas. How comes it to b furnished? Whence comes it by that vast store which the busy and boundless fancy of man has painted on it with an almost endless variety? Whence has it all the materials of reason and knowledge? To this I answer, in the one word , from EXPERIECE. (Dawkins, 2009).
Tabula rasa erat kaitannya dengan pengalaman, dan dengan hal ini John Locke tidak mengakui adanya intuisi yang membangun pemahaman manusia. Segala yang diketahui oleh seorang anak hanyalah akibat dari apa yang diajarkan oleh orangtuanya. Setiap anak lahir dengan kemampuan yang sama dan setelah itu perkembangannya berdasarkan apa yang diberikan oleh orang tuanya. Teori ini tidak mengakui adanya kemampuan awal yang ada dalam setiap diri anak. Jadi, sejak lahir, seorang anak tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa, dan segala yang akan terjadi merupakan tanggung jawab penuh dari pendidiknya, entah guru atau orangtuanya. Tabula rasa juga tidak mengakui adanya kemampuan awal atau bakat awal dan diwariskan dari orangtuanya.
Berdasarkan teori tabula rasa ini, sebelum anak-anak mengenyam bangku sekolah dan bertemu dengan guru, orangtualah yang sepenuhnya bertanggungjawab terhadap apa yang akan diajarkan kepada anak. Segala yang diajarkan oleh orang tua, itulah ilmunya. Jika ilmu tersebut berasal dari bentukan dan didikan oragtuanya maka sikap anak tersebut juga akan selaras dengan apa yang diajarkan orang tua.  Jika orangtua mengajarkan tentang kebaikan dan kasih sayang,  maka terisilah pemahaman siswa tentang kebaikan. Sebaliknya jika anak tersebut berisi dengan hal-hal yang kurang baik, maka kelakuannya juga tidak akan menjadi baik.  Locke mengatakan bahwa orang tua dan pembimbing harus menjadi contoh dan memperlihatkan sifat-sifat dan kepribadian yang baik, yang meliputi kebaikan, pendidikan yang baik, dan hal-hal yang dihormati serta dapat ditiru oleh anak-anak. Seorang anak yang mencoba untuk mencontoh hal-hal baik tersebut harus diberi pujian, didorong untuk melakukan hal yang baik kembali, diperbaiki, ditegur, atau dibimbing jika perlu tetapi jangan dibebani dengan kritik yang berlebihan dan tidak berguna (mudhokhi, 2008). Locke juga menganjurkan agar tidak mengisi kepala anak-anak dengan “sampah” atau hal-hal yang tidak berguna karena mereka tidak akan memikirkan hal-hal tersebut lagi selama hidupnya. Pendidikan harus bersifat praktis, berguna, memiliki makna, menyenangkan dan anak didik harus dihormati dan diperlakukan seperti orang dewasa. Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, belajar dari pengalaman yang nantinya dia akan memperoleh berbagai kemampuan yang berguna bagi hidupnya. Tabula rasa John Locke mengatakan bahwa lebih baik belajar dari pengalaman dibandingkan belajar dari buku-buku, namun belajar dari buku juga tidak serta merta dilupakan begitu saja. Dengan pengalaman yang telah dia alami dan ada dalam hidupnya, maka kelak individu tersebut dapat menentukan langkah hidup selanjutnya dan memilih apa yang terbaik untuk dirinya.
C.  Tabula rasa dan Pembelajaran Matematika
Jiwa seseorang dianggap sebagai kertas kosong, itulah apa yang digambarkan di dalam konsep tabula rasa. Kertas itu nantinya aka diisi dengan segala hal dan menjadikannya berwarna. Tabula rasa ini juga telah mempunyai pengaruh di dalam dunia pendidikan. Terkadang dalam suatu pembelajaran, siswa diibaratkan dengan kertas putih dengan pemahaman yang masih kosong, dan kemudian guru bertugas untuk mengisinya dengan materi-materi yang akan membuat lembaran kosong itu terisi dengan materi-materi yang diberikan guru. Pengetahuan yang dimiliki siswa tergantung dari apa yang diberikan guru. Hal  yang diberikan guru akan menjadi pengalaman yang berguna bagi siswa dan akan digunakan kembali dalam membentuk pengetahuan yang akan datang.
Tabula rasa erat kaitannya dengan pengalaman, dan menurut analisis penulis, pengalaman juga mempunyai peran yang penting dalam pembentukan pengetahuan manusia. Seorang siswa juga dapat menggunakan pengalaman belajarnya yang lalu untuk mengembangkan pemikirannya yang baru. Dengan belajar, siswa aka memperoleh pengalaman berharga tentang apa yang telah dipelajari. Namun belum tentu juga dengan pembelajaran yang telah dilakukan, siswa akan mempunyai pengalaman yang berharga. Pengalaman siswa akan terbentuk jika pembelajaran itu bermakna baginya dan berkesan sehingga tidak akan mudah untuk dilupakan.
Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran hendaknya dapat memberikan fasilitas yang dapat digunakan oleh siswa untuk membentuk pengetahuannya. Fasilitas yang diberikan adalah fasilitas dalam bentuk model pembelajaran yang digunakan guru. Guru dapat mengorganisir model pembelajaran yang  cocok, yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa dan juga pas dengan kemampuan siswa untuk melakukannya. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri (penemuan) dimana dengan menemukan, pengetahuan akan bertahan lama di dalam pikiran siswa. Pengalaman yang dia alami di pembelajaran ini akan diingatnya terus dan digunakan sebagai bekal dalam memahami materi lain yang berhubungan. Jika pembelajaran yang dilakukan dan dialami tidak memberikan manfaat dan pengalaman yang baik, maka sama halnya pemelajaran yang dilakukan tidak memiliki makna yang baik dan akan mudah untuk dilupakan siswa. Jika selama mengalami pembelajaran siswa hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, maka sama halnya pembelajaran itu menjadi kurang bermakna.
Berdasarkan Ebbut dan Straker dalam (Marsigit, 2011), matematika adalah sebuah kegiatan yang hakekatnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.    Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Kegiatan penemusuran pola dan hubungan dapat dilakukan dengan memberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan juga penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan percobaan dengan menggunakan tberbagai cara. Dalam hal ini, pengalaman memegang peranan penting dalam membantu siswa menentukan dan menemukan adanya pola yang terjadi. Ilmu yang telah diperoleh di masa lampau dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami materi yang akan datang.
2.    Matematika adalah kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan.
Imajinasi, intuisi, dan penemuan merupakan hal-hal yang digunakan dalam menghadapi matematika. Dalam hal ini, guru diharapkan dapat mendorong inisiatif siswa  dan juga mendorong rasa ingin tahu. Menyelesaikan soal matematika juga membutuhkan intuisi. Intuisi dibutuhkan untuk mengetahui langkah apa yang kira-kita tepat digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. menurut analisis penulis, intuisi yang kita punya dapat memberikan penilaian apakah proses yang kita lakukan sudah tepat atau belum. Intuisi tidak memiliki pondamen, maka kita tidak tahu kapan dimulainya susunan intuisi dalam pikiran kita.
3.    Matematika adalah kegiatan problem solving.
Matematika adalah kegiatan problem solving. Dengan demikian, hal ini dapat dilakukan dengan merangsang siswa untuk melakukan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan caranya sendiri dan tentunya dengan menggunakan bantuan dari guru.
4.    Matematika merupakan alat komunikasi.
Matematika adalah alat komunikasi dan pandangan ini daat dilakukan dengan mengenal sifat matematika, mendorong siswa membuat conth matematika, merangsang siswa menjelaskan sifat matematika, dan juga mendorong siswa membicarakan persoalan matematika.
Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan kegiatan penbelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Pengalaman merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan pengetahuan, namun menurut analisis penulis, setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan kemampuan awal di dalam pikirannya sehingga tidak dapat dikatakan jiwa manusia berupa kertas putih yang kosong. Saya percaya bahwa setiap manusia telah mendapatkan warisan yang dibawanya sejak lahir. Setiap manusia mempunyai kecederunan khas sebagai warisan yang dibawanya sejak lahir yang akan mempengaruhi kepribadiannya pada waktu dewasa. Akan tetapi, warisan genetik hanya menentukan kepribadian setiap orang. Tumbuh dan bekembangnya potensi tidak seperti garis lurus, namun ada potensi terjadi penyimpangan. Faktor genetik memang mempengaruhi keprbadian, namun tidak bersifat mutlak, masih banyak faktor –faktor lainnya. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dijelaskan di dalam prinsip tabula rasa. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tabulrasa meyakini pembentukan karakter melalui apa yang diberikan oleh dunia luar, dan tidak meyakini adanya kemampuan awal yang  merupakan warisan dari kedua orang tuanya karena setiap jiwa terlahir sebagai kertas putih.
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan di atas, bahwa matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan, matematika adalah kegiatan yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, matematika adalah kegiatan problem solving, dan matematika adalah komunikasi. Matematika jelas memerlukan intuisi, dan kita tidak pernah tahu kapan berlangsungnya intuisi di dalam pikiran kita, entah sejak lahir, atau kapan. Intuisi tidak memiliki pondamen, sehingga kita tidak pernah tahu kapan ada dan dimulainya di dalam pikiran kita. Dengan demikian, tidak benar secara sepenuhnya jika kita mengatakan  bahwa manusia lahir sebagai kertas putih yang kosong. Teori tabula rasa John Locke juga ternyata tidak mengakui adanya intuisi, karena dia kemampuan yang ada di dalam diri manusia adalah goresan pena dari para pengisinya.
Saya sempat berfikir, bagaimana guru secara terus menerus menganggap siswa sebagai lembaran kosong yang harus diisi dengan pengetahuan-pengetahuan? Bagaimana jika suatu saat bejana itu penuh dan pecah? Bagaimana jika pengetahuan yang dimiliki guru tidak cukup memadai dan bukankah sumber pembelajaran itu tidak selamanya berasal dari guru, mengingat posisi guru hanyalah sebagai fasilitator. Siswa yang satu juga bisa menjadi sumber belajar bagi siswa yang lain. Jika menemukan suatu kesulitan, tidak harus seorang siswa itu bertanya langsung kepada guru, tetapi bisa juga bertanya kepada teman yang lain terlebih dahulu dan terkadang penjelasan teman lebih mudah dipahami daripada penjelasan guru sendiri.  Banyak buku pelajaran, LKS dan sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran yang baik. Semakin banyak sumber yang ada, maka semakin banyak hal baru yang dapat diperoleh. Guru bukanlah satu-satunya sumber pembelajaran yang tersedia di kelas. Pembelajaran akan menjadi aktif dan hidup jika semua elemen yang ada di dalamnya ikut berperan aktif.
Tabula rasa ini membawa pengaruh yang cukup besar dalam sistem pembelajaran konvensional. Dalam praktiknya di dalam pembelajaran konvensional, guru terlalu terlihat aktif di dalam pembelajaran. Dalam hal ini, siswa memang tidak pasif secara mutlak, tetapi aktivitas siswa yang timbul sangat sedikit sekali, yaitu hanya terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru. Kegiatan para siswa hanya terbatas terhadap apa yang diperintahkan guru dan cara yang ditetapkan guru.
Tabula rasa tidak selamanya merupakan paham yang salah, karena merupakan pola pikir yang masih konvesional. Walaupun terdapat paham yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan pendidikan masa kini, namun pembelajaran dengan berdasarkan pengalaman masih dapat diterapkan dengan baik. Pembelajaran yang bermakna memang diperlukan di dalam pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna akan tinggal dengan lama di dalam pikiran siswa. Pikiran siswa bukan sepenuhnya kertas kosong yang harus diisi, melainkan kertas yang sudah terisi dengan pengatahuan awal yang berbeda-beda, dan dengan pembelajaran akan menambah warna-warna yang terdapat di dalam kertas tersebut.
Tabula rasa erat dengan pengalaman, dan pengalaman itu membantu seseorang untuk memahami pengetahuan yang baru. Jika hal ini dikaitkan dengan konsep tabula rasa yang menganggap jiwa siswa bagikan kertas kosong, bagaimana dengan pengetahuan awal yang sudah diterima pada kelas sebelumnya. Sudah tentu pasti mereka telah mempunyai pengalaman belajar di kelas sebelumnya. Dengan demikian, tampaknya tabula rasa John Locke mengalami sedikit kontradiksi di dalam penerapannya di dalam dunia pendidikan.
                                                                      BAB III
KESIMPULAN
Tabula rasa menganngap pikiran manusia bagaikan kertas putih yang nantinya akan diisi dan menjadi berwarna.  Tabula rasa adalah salah satu cabang dari aliran empirisme yang mendasarkan teorinya berdasarkan pengalaman. Dengan demikian, tabula rasa erat dengan pengalaman. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran di dalam kelas, pengalaman belajar juga mengambil peran penting dalam terbentuknya pemahaman siswa. Pembelajaran yang baik juga pembelajaran yang memberikan pengalaman bagi siswa. Pengalaman yang baik akan menjadikan materi yang dipelajari juga akan bertahan lama dalam diri siswa.
Tabula rasa tidak dapat dipercaya secara penuh jika diterapkan di dalam pembelajaran, karena tabula rasa masih memegang konsep bahwa pikiran siswa adalah lembaran kosong yang dapat diisi dengan materi-materi dari guru. Dalam hal ini, peran guru menjadi lebih aktif di kelas, dan siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru. Peran siswa menjadi lebih sedikit dan tidak menjadi aktor di dalam pembelajaran. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi aktor di dalam pembelajaran dan diharapkan pembelajaran itu akan membawa sesuatu yang bermakna.
Terdapat sifat yang masih kontradiksi dalam konsep tabula rasa. Tabula rasa mementingkan pengalaman sebagai faktor pembentuk dari pengetahuan siswa. Jika dihubungkan dengan tabula rasa dimana pikiran siswa adalah kertas putih kosong, bagaimana dengan pengalaman-pengalaman yang sudah diterima sebelumnya?  
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 2007. Metode Pembelajaran yang Lebih Berpusat Pada Guru.
Dawkins, Richard, et.al. 2009. John Locke Mind as a Tabula Rasa. Diakses dari http://www.age-of-the-sage.org/philosophy/john_locke_tabula_rasa.html. Diakses pada tanggal 27 November 2012.
Mudhokhi, faiz. 2008. Paradigma Pendidikan John Locke dan Robert Owen. Diakses dari http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/paradigma-pendidikan-john-locke-dan-robert-owen-sebuah-tugas-kuliah/ pada tanggal 27 November 2012.
Marsigit,M.A. 2011. Elegi Pemberontakan Matematika 9 : School Mathematics. Diakses dari http://powermathematics.blogspot.com/search?updated-min=2011-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2012-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=50 tanggal 27 November 2012.
Mastrianni, Steve. 2012. Tabula Rasa – Reductio Ad Absurdum. Diakses dari
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara.
http://id.wikipedia.org/wiki/John_Locke diakses pada tanggal 26 Desember 2012

HAKIKI MASA DEPAN

Jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan, yang penting berusaha + berdoa + berbuat baik. Sisanya Tuhan yang atur. Setuju?

KAJIAN ETNOMATEMATIKA DI DESA KAMASAN, KEC. CINANGKA



KAJIAN ETNOMATEMATIKA DI DESA KAMASAN, KEC. CINANGKA
1.     Etnomatematika merupakan matematika yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan tertentu. Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomathematics, yang terbentuk dari kata ethno, mathema, dan tics. Awalan ethno mengacu pada kelompok kebudayaan yang  dapat dikenali, seperti perkumpulan suku di suatu negara dan kelas-kelas profesi di masyarakat, termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari. Kemudian, mathema disini berarti menjelaskan, mengerti, dan mengelola hal-hal nyata secara spesifik dengan menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan, dan memodelkan suatu pola yang muncul pada suatu lingkungan. Akhiran tics mengandung arti seni dalam teknik.

2.      Etnomatematika sangat berpengaruh dalam pembelajaran matematika sekolah formal. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran matematika yang dilakukan saat ini terlalu teoritis, kurang kontekstual dan kurang bervariasi, sehingga mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari matematika lebih lanjut lagi. Matematika di sekolah juga terlalu formal, sehingga matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda dengan apa yang ditemukan di sekolah. Oleh sebab itu, etnomatematika memberikan makna kontekstual yang diperlukan untuk banyak konsep matematika yang abstrak. Etnomatematika juga berpengaruh sebagai penghubung antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan matematika sekolah.

3.      Di Desa Kamasan, Kec. Cinangka, Kab. Serang, Banten kami mengamati sebuah lokasi yaitu Makam Pahlawan Brigjen K.H. Syam’un.








Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bentuk etnomatematika yang terlihat pada Makam Pahlawan Brigjen K.H. Syam’un yaitu bentuk makam dan dinding yang berdiri kokoh didepannya. Bentuk dari makam ini sendiri mengikuti etnik pada masanya. Tentu saja pembentukan makam ini menggunakan teknik matematis, yaitu dalam ukuran panjang, lebar, tinggi, luas, maupun ketebalannya. Pada dindingnya terdapat simbol dari TNI yang berbentuk 3 dimensi. Dapat dilihat pada gambar di atas, bahwa simbol yang tergambarkan pada dinding tersebut memiliki unsur transformasi geometri, diantaranya yaitu unsur refleksi (pencerminan). Dilihat dari simbol bintang, terdapat 2 simbol bintang yang sama besar, dapat dikatakan bahwa pengerjaannya pada dua sumbu sejajar, dan jaraknya adalah dua kali jarak kedua sumbu pencerminan. Begitu pula dengan simbol macan dan bunga. Jika dilihat, sebagian besar simbol mengalami pencerminan.

4.      Seperti yang dijelaskan pada jawaban nomor 3, tema dari bentuk etnomatematika yang kami amati adalah transformasi geometri. Karena unsur yang lebih menonjol pada objek tersebut adalah sisi transformasi geometrinya.

5.      Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah dengan pengamatan langsung, wawancara dengan tokoh masyarakat, dan melakukan pencarian melalui media internet. Yang lebih digunakan adalah pengamatan langsung, karena dengan kasat mata dapat terlihat jelas bentuk-bentuk yang terdapat pada makam tersebut mengandung unsur matematis.

Minggu, 20 Desember 2015

KISAH BUNGA PUTIH

 KISAH BUNGA PUTIH
 

Ini adalah kisah sebuah bunga putih. Ia tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya ia adalah bunga yang terindah yang pernah tumbuh di antara tanah yang penuh dengan semak duri.

Ia tumbuh dengan indah di tengah semak-semak yang keheranan akan bentuk sang bunga putih yang berbeda dengan yang lainnya. Para semak duri lalu memandangnya dengan sinis dan tidak pernah memandang sang bunga putih dengan bersahabat, sehingga si bunga putih pun merasa bahwa ialah yang paling buruk karena ia memiliki bentuk yang paling berbeda di antara semak-semak duri tersebut.

Waktu pun berlalu, sang bunga putih tak pernah merasa bahagia.. bahkan ia sering bertanya kepada kupu-kupu yang senang bermain dengannya: "Mengapa aku harus tumbuh berbeda dengan yang lainnya? Mengapa aku terlihat begitu buruk dibandingkan yang lain ?"
Kupu-kupu menjawab: ”Kau tidak buruk, bunga putih. Hal yang membuatmu merasa buruk adalah karena dirimu terlihat berbeda dengan yang lainnya. Justru kau adalah bunga yang terindah yang pernah kutemui, bunga putih.”

Bunga putih pun terkejut :”Apa maksudmu, kupu-kupu ?”

Kupu-kupu lalu menjawab: "Tahukah dirimu, bunga putih.. bunga sepertimu adalah bunga yang cantik dan terindah, karena di tengah-tengah tanah yang penuh dengan semak duri kau tumbuh dengan anggunnya.. dan bahkan, bagiku kau adalah penolongku, karena ketika aku lapar, di tengah-tengah tempat yang sepertinya tidak ada harapan untuk mencari madu dari bunga, kau ada untuk menyediakan madu sehingga aku tidak kelaparan.. Bunga putih, bunga sepertimu yang tumbuh diantara semak duri sesungguhnya adalah bunga yang cantik dan terindah, karena kau menunjukkan bahwa masih ada harapan di tengah tanah yang penuh semak duri."

Bunga putih pun sadar,dan pada akhirnya ia bersyukur atas keadaan dirinya.

Terkadang kita seperti bunga putih diatas. Kita seringkali kecewa dan merasa buruk atau tertekan karena berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan sekitar kita.

Kita seringkali tak menyadari bahwa ketika kita berbeda dengan yang lainnya, Tuhan memiliki rencana yang besar di dalam hidup kita..yaitu untuk menjadikan hidup kita menjadi hidup yang memberikan harapan bagi orang lain yang membutuhkan,dan untuk menunjukkan bagi setiap orang, bahwa mimpi masih bisa terwujud di tengah dinginnya dunia, dan harapan masih ada meskipun sepertinya segala sesuatunya tidak dapat menjanjikan apa-apa.

Karena itu, yakinlah di dalam hatimu.. mungkin pada awalnya dirimu merasa tertekan karena berbeda dengan yang lainnya.. Namun, Tuhan tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengatur dan menempatkan dirimu..karena Ia tahu, perbedaan yang ada pada dirimu adalah untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa harapan masih ada di dunia yang dingin seperti batu. Dan Ia memilihmu karena Ia mempunyai rencana yang besar di dalam hidupmu,yang tak pernah terpikirkan dalam benakmu..namun sudah dipersiapkan dengan luar biasa oleh Tuhan..

Karena itu, percayalah..bahwa apapun yang terjadi di dalam hidupmu..semuanya akan mendatangkan kebaikan dan harapan di dalam hidupmu dan juga hidup orang lain.. dan terlebih dari itu semua, percayalah bahwa apa yang Tuhan tetapkan di dalam hidupmu..pasti pada akhirnya semua hal itu akan menjadi indah pada waktuNya.

Setiap Langkah adalah ANUGERAH

Seorang professor diundang untuk berbicara disebuah basis militer. Disana ia berjumpa dengan seorang yang tak mungkin ia lupakan, yaitu RALPH yang diberi tugas menjemputnya dibandara. Ketika berada dibandara Ralph sering menghilang, ada saja yang dilalukannya, ia membantu seorang wanita tua yang kopernya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dpt melihat sinterklas, ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Namun ia selalu kembali kesisi sang Professor dengan senyum lebar. Waktu di dalam  mobil mereka ngobrol: “Dari mana anda belajar melakukan semuanya ini ? Tanya sang prof
“Melakukan apa? Tanya Raplh

“Dari mana anda belajar bersikap seperti ini ? Desak sang Prof

“Oh” kata Raplh” selama perang…saya kira, perang telah mengajari saya banyak hal

Lalu ia bercerita sewaktu ditugaskan di Vietnam. Ia dan timnya bertugas membersihkan ladang ranjau dan harus menyaksikan satu persatu teman-teman nya tewas terkena ledakan ranjau.
“Saya belajar untuk hidup diantara pijakan setiap langkah” katanya.

Tegang disetiap langkah, Saya tidak tahu, apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir bagi saya.

Yang sanggup saya lakukan takkala mengangkat kaki dengan aman, mensyukuri langkah sebelumnya.
Saya kira sejak itulah, saya menjalani kehidupan seperti ini. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, Anugerah baru, dan kesempatan baru.

KEMULIAAN HIDUP, tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi org lain.

NILAI MANUSIA, tidak ditentukan bagaimana cara ia mati, tapi bagaimana cara ia hidup.
KEKAYAAN MANUSIA, bukan apa yang ia telah peroleh, tapi apa yang ia telah berikan pada sesama.

Selamat menikmati setiap langkah hidup anda……

Ingat!!! Setiap langkah adalah  ANUGERAH ..

Tukang Komplain

Barangkali manusia bisa disebut sebagai makhluk tukang komplain. Yang diberi warna rambut hitam pengennya punya rambut pirang. Yang keriting pengen lurus sedangkan yang lurus pengen keriting. Yang gemuk pengen lebih kurus, yang kurus pengen lebih gemuk. Kalau hujan pengen cuaca cerah, kalau lama tidak turun hujan juga mengeluh. Persis seperti gambaran orang Israel yang terus menerus mengeluh selama perjalanannya menuju ke Kanaan.

Kalo dipikir-pikir, bukankah seharusnya mereka menjadi bangsa yang paling berbahagia karena bisa melihat penyertaan Tuhan dengan cara yang ajaib setiap hari?

Mereka melihat dengan mata kepala sendiri tiang awan dan tiang api memimpin barisan mereka. Mereka melihat laut Teberau terbelah, mencicipi roti dari Sorga, mendapatkan air saat kehausan, makan buah korma saat kelelahan, bahkan makan daging di tengah padang gurun! Tuhan membuat pakaian dan kasut mereka tidak pernah rusak selama perjalanan panjang itu. Berulang kali bahkan Tuhan Allah sendiri menemui mereka di tengah perkemahan atau di atas gunung yang ditunjuk Tuhan.

Mereka memiliki Tuhan Sang empunya langit dan bumi, bukankah itu sudah lebih dari cukup dan luar biasa? Tapi yang dilakukan mereka adalah persis seperti yang kbanyakan kita lakukan setiap hari. Mengomel, mengeluh, menggerutu ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita. Secara mata mereka melihat penyertaan Tuhan, namun tidak mampu melihat kebaikan Tuhan..!

Sahabat… sadarkah kita bahwa complaining adalah dosa? Menggerutu, mengeluh, protes dan mengomel adalah bentuk pemberontakan kita atas kehendak Allah. Bilangan 14:11 memakai istilah “menista”. Terj. NIV menyebutnya “provoke”, AV = “reject”, dan BIS = “melawan”. Berarti di mata Tuhan, ketika kita mengeluh, hal itu sama dengan menghasut, menolak, bahkan melawan Tuhan. Itulah sebabnya, hukuman bagi si tukang complain tidak tanggung-tanggung : binasa di padang gurun!!

So, masih berani anggap enteng complaining?